Aku menanam pohon, kau tanam apa?
Aku menanam pohon, kau tanam apa?
untuk Kak Uya & sahabat ekoliterasi
Kau, aku, mereka
Sama sama disengaja ditanam di muka bumi
Entah sebentar
Entah agak lama
Bumi akan memangsa kita
Kau, aku, mereka
Ditanam
Kau, aku, mereka
Menanam apa?
Ada yang memilih membenih kebajikan
Seperti para filosof
Ada yang memilih mengajari kata kata
Ada yang memilih menjadi orang berguna
Ada yang merasa perlu membela tuhan
Ada yang merasa perlu menjadi dewa penolong
Macam macam
Ragam warnan
Aku memilih menanam
Menanam pohon di udara
Di atap rumahku
10-20 batang pohon
Cukup menghiburku setiap Hari minggu
Kalau kau Tak pandai menanam
Jangan sekali Kali belajar memusnakan
Itu mantra yang kupelajari saat belajar menanam
Suatu saat
Tuhan akan bertanya: pohon apa yang kau tanam di permukaan bumi?
Sebagian besar orang mati mulut dan tangan Tak kuasa menjawab. Di dalam parunya yang terbelah mereka sesak karena lebih banyak membiarkan bencana datang ketimbang menghadang dengan amal menanamnya.
Sebagian menjawab dengan shahih: aku menanam pohon, yang memberi sedekah jariyah oksigen untuk semua yang bernyawa.
Aku memilih menanam, sebisa semampunya. Sesungguhnya Alam tidak akan menghancurkan kita lebih dari kehancuran yang Kita sendiri ciptakan. Sengaja atau tidak.
2017
Sontoloyo
Pagi,sore
Siang, malam
Kau habiskan umurmu
Memuja memuji manusia
Hidupmu, sontoloyomu
2017
Hidupmu milik siapa?
Kiranya, Kita perlu menemukan hidup yang autentik itu seperti apa?
Apakah hidup Kita dikendalikan pasar
Hidup Kita diperas oleh nafsu keinginan sendiri
Apakah hidup kita bukan milik diri kita?
Mencari makna hidup
Tak perlu jauh
Tapi yang dekat belum tentu ketemu
Karena itu, hidup harus tetap berlanjut
Entah kemana, bagaimana,
Mungkin pasir akan mengajari Kita
Mungkin asap perkotaan
Mungkin awan, angin, hujan,
Di sela sela waktu
Kau tentunya juga mencari posisi tuhan
Di dalam hatimu
Hidup yang autentik
Adalah hidup yang tak bisa dirumuskan dengan prosa
Setia pada hidup
Setia pada kehidupan
Barangkali itu salah satu cabang hidup yang autentik
2017
Ada saatnya
Ada saatnya
Kita diam
Bener bener diam di dalam kesendirian
Itu adalah obat penyakit jiwa
Ada saatnya
Kita Tak membaca APA apa, Tak menulis apa apa
Karena itu kesempatan kesempatanam seluruh Indra kita
Ada saatnya
Kita memilih keadaan
Ada saatnya
Mencipta keadaan
Ada saatnya
Kita sendiri bukan siapa siapa
Ada saatnya
Puja puji tak Kita inginkan
Ada saatnya
Kita mendekati waktu
Dimana semua orang padam di pikiran Kita.
Ada saatnya…
Kesunyian hanya milik Kita
Jogokaryan, 2017
Tulisan Apa yang dibutuhkan Zaman ini?
Aku tak tahu jawabannya
Aku tak sempat memikirkannya
Semua telah luber
Seantero dunia,
Kata kata mulai hilang makna
Mantra mantra hanya menjadi obat penghibur lara
Aku Tak lagi membaca artikel Surat kabar
Aku Tak lagi membacai artikel jurnal
Aku Tak lagi membacai pepatah pepatah
Aku Tak lagi membaca doa doa
Aku Tak lagi…
Aku Tak lagi…
Aku juga Tak lagi tertarik dengan lagu diskursus itu
Aku Tak lagi merasa tulisan itu mampu menghidupiku, Tak lagi aku merasa tulisan itu dapat membunuhku
Aku bertanya pada menara itu
Aku bertanya pada pemilik asma itu
Aku juga telah bertanya pada semua pemilik kepala itu
Tulisan Apa yang dibutuhkan Zaman ini?
Tak kudapati jawaban,
Tak kudapati tanda tanda
Dan dingin malam itu menyergap kembali
Keringat dingin penuh ketakutan teramat sangat:
“Kum
Kum
Kum,
Bangun
Bangun
Bangun,”
“Tulis, tulis, tulis
Baca, baca, baca”
“Apa yang harus aku tulis?”
“Tulis tulis tulis!,”
Yang maha literasi menutup cakrawala pagi itu!
Dan Akupun kembali sesat,
Entah bagaimana….
Jogokaryan, 2017
Leave a Reply